Rabu, 26 Agustus 2009

EKONOMI RAKYAT MISKIN (SEBUAH REALITA)

Sejauh ini sangat jarang sekali yang tertarik untuk membahas tentang EKONOMI RAKYAT MISKINyaitu PEMIKIRAN MENGENAI MENGAPA TINGKAT PENDAPATAN SESEORANG BISA RENDAH DAN BAGAIMANA DIA BISA BERTAHAN HIDUP”. Miskin adalah SUATU KEADAAN DIMANA SESEORANG TIDAK DAPAT MEMENUHI KEBUTUHANNYA YANG PALING MENDASAR BAGI DIRINYA DAN BAGI KELUARGANYA. Tingkat pendapatan disini menjadi hal yang KRUSIAL”. Karena, dengan uang selain dapat membeli kebutuhan pokok, akan tetapi juga kesehatan, pendidikan, tempat tinggal, dan sebagainya.

Penduduk miskin biasanya banyak terdapat di NEGARA-NEGARA BERKEMBANG, dan satu diantaraya adalah Negara Indonesia, sedangkan di Negara-negara maju hal ini sudah sangat sedikit. Hal ini dikarenakan :

PERTAMA, di Negara maju ada SISTEM SOSIAL

KEDUA, di Negara maju, PEMERINTAH MEMBERIKAN SUBSIDI BESAR-BESARAN KEPADA PETANI.

KETIGA, karena ekonomi yang maju, maka upah rakyat juga dapat dibayar dengan tinggi. Misalnya, sopir Bus di kota Jakarta mungkin hanya berpenghasilan U$ 300/ bulan, sedangkan di kota New York Amerika Serikat sudah berpenghasilan U$ 3.000/ bulan (Padahal supir bus di Jakarta kerjanya lebih keras dari yang di New York).


Di Jepang dan Negara-negara maju lainnya masih banyak terdapat took-toko kelontong kecil seperti tokok kelontong, sayur, ikan yang skalanya sama dengan di Indonesia. Bedanya adalah pedagang tokok kelontong di Jepang dan Negara- Negara maju BISA MENGAMBIL KEUNTUNGAN YANG BESAR SEHINGGA DAPAT MENYAINGI TINGKAT KEMAKMURAN PENDUDUK RATA-RATA dan PENDUDUK PUN MAMPU MEMBAYAR DENGAN HARGA YANG MAHAL tersebut, sedangkan di Negara-negara berkembang tidak.

Sepatu olahraga yang diimpor Negara Amerika dari Indonesia dengan harga U$ 10/ pasang, di Amerika akan dijual dengan harga U$ 49,90/ pasang.

Pemilik toko di Negara maju mempunyai pilihan antara membuka usaha sendiri atau bekerja untukorang lain/ lembaga lain. Dia juga akan memilih membuka toko jika penghasilannya lebih besarjika dibandingkan dengan jika dia bekerja.


Di Negara berkembang, karena banyaknya penduduk yang miskin, SKALA EKONOMINYA SANGAT KECIL DAN KEUNTUNGANNYA JUGA SANGAT KECIL. Tetapi dengan keuntungankecil ini, dia sudah dapat hidup. Karena TIDAK ADA PILIHAN LAIN YANG LEBIH BAIK,maka dia akan MENGAMBIL KESEMPATAN INI UNTUK DAPAT HIDUP. Misalkan adapedagang sayur keliling mempunyai modal Rp. 200.000,- dan bias mendapatkan keuntungan Rp. 25.000,- per hari. Pendapatan ini bisa menghidupi keluarganya dengan sangat sederhana sekali. Kemudian ada pemuda lajang, dating dari desa, kemudian di melihat bahwa , ada peluang untukberdagang kecil-kecilan dengan modal Rp. 100.000,- dan dapat memperoleh keuntungan Rp. 10.000,- per hari, dan keuntungan ini sudah cukup buat dia bertahan hidup. Tentunya si pemuda iniakan membandingkan dengan pekerjaan lain, misalnya jadi kuli bangunan, yang penghasilannyalebih kurang sama, dan belum tentu dia bisa medapatkan pekerjaan. Maka dia putuskan untukmasuk menjadi kuli bangunan. yang

Karena mengejar penghasilan minimum ini, dimungkinkan timbulnya kegiatan-kegiatan skala mini, YANG TIDAK MUNGKIN ADA DI NEGARA-NEGARA KAYA. Disana, dibutuhkan dana dan omset yang jauh lebih besar untuk mendapatkan penghasilan yang cukup besar. Maka, timbullah BANYAK KEGIATAN SEKTOR INFORMAL di Negara-negara berkembang. Berapa jauh pendapatan minimal yang bias diterima…? Sulit untuk ditentukan, kadang-kadang UNTUK MAKAN SAJA TIDAK CUKUP, TETAPI TIDAK JUGA MATI KELAPARAN.


UKURAN MISKIN

Banyak pejabat, pengamat, atau yang menamakan diri wakil rakyat, yang penghasilannya besar, menganggap bahwa dana kompensasi BLT yang diberikan pemerintah tiap bulannya adalah masih terlalu rendah. Hal ini dikarenakan mereka mengukur dengan gaya hidupnya sendiri, dan tidak tahu apa artinya miskin, dan bagaimana orang miskin hidup. Kita juga harus dapat membedakan antara “ORANG MISKIN DI KOTA DENGAN ORANG MISKIN DI DESA”. Karena biaya hidup di desa jauh lebih murah daripada biaya hidup di kota, dan di desa sebagia dapat diambil dari kebun sendiri. Orang di desa tidak banyak menggunakan jasa transportasi seperti tiap hari pergi ke sekolah atau ke temapt kerja. Kadang-kadang orang di desa hanya mampu mengantongi Rp. 10.000,- per hari, dengan misalnya menjadi kuli angkat batu karena tidak ada pilihan. Berapa penghasilan sehari pengasong, pedagang keliling seperti tukang sol sepatu, betulkan payung, tukang sayur keliling tukang kue pancung, atau ojek sepeda.

Kuli beras yang tiap hari mangkal di pasar Sambu Medan tidak tiap hari mereka dapat pekerjaan, karena banyaknya kuli beras lain yang juga bersaing untuk mendapatkan pekerjaan. Tukang sol sepatu dengan penghasilan Rp. 20.000,- s/d Rp. 33.000,- per hari. Mengapa mereka mau mengerjakan semua ini, padahal penghasilannya tidak pantas untuk hidup..? Berapa keras mereka harus berusaha da bekerja untuk bisa mendapatkan sesuap nasi, di samping masih ada saja orang yang bias mendapatkan uang banyak dengan tidur dan absent kerja. Bedanya adalah yang satu bisa menuntut gaji yang tinggi, sedangkan yang satunya lagi hanya bisa “PASRAH”.


Setiap orang akan memilih jenis pekerjaan yang terbaik bagi dirinya dari berbagai macam pilihan yang terbatas. Bila ia bekerja sebagai tukang becak, pemulung, buruh angkut beras, dan sebagainya, itu adalah pilihan terbaik bagi dirinya yang terbuka saat itu. Masih ingat 15 tahun yang lalu..? Kala itu banyak pemulung yang mengumpulkan puntungan rokok untuk kembali dilinting menjadi rokok utuh. Sekarang kegiatan ini sudah tidak ada lagi. Mengapa..? Orang tidak mau lagi mengerjakan pekerjaan yang statusnya rendah, berpenghasilan rendah. Dulu di kota banyak diserbu berisan pemulung dengan gerobak yang keliling dari rumah ke rumah. Sekarang pun masih ada pemulung keliling ini, tetapi jumlahnya sudah sangat berkurang sekali. Apa kseimpulan sementara…? Ternyata mereka ini telah menemukan pekerjaan lain yang lebih baik, sehingga pekerjaan yang lama ditinggalkan.

Tingkat kemiskinan di Indonesia sudah bertambah parah. Sudah banyak berita ada yang meninggal karena kelaparan. Banyak yang terpaksa puasa untuk jangka waktu yang panjang, satu hari makan, satu hari tidak. Suatu keadaan yang sungguh memalukan. Kemiskinan juga sebagian karena salah sendiri, bisa karena malas atau karena tidak punya ketrampilan. Meskipun dibantu, akan tetapi sering kali mereka tetap saja TIDAK BERDAYA. Karena itu MINIMAL YANG DIPERLUKAN ADALAH MENYEDIAKAN LAPANGAN PEKERJAAN. Misalkan ada satu desa yang seluruh penduduknya tergolong miskin. Di sini biaya hidup sangat rendah, karena daya beli masyarakat rendah dan uang kecil masih ada harganya. Misalnya, masih bisa beli pecal dengan harga Rp. 1.000,- walaupun porsinya kecil. Penduduk sebagian mengambil kebutuhan dari kebunnya dengan cara menanam sendiri, sehingga tidak perlu membeli. Untuk menghemat mereka makan dengan seperlunya saja, ikan asin, garam, kecap yang murah, lalapan, dan mereka hanya makan dua kali sehari itupun tidak sampai kenyang, dan yang pastinya makanannya tidak bergizi. Tidak ada belanja lainnya, kecuali untuk hal-hal yang sangat perlu sekali untuk bertahan hidup. Untuk bertahan hidup mereka harus sering utang ke tetangga atau ke warung. Dalam suatu masyarakat, dimana sebagian besar penduduknya miskin, maka akan sangat sulit sekali untuk meningkatkan pendapatan.


Misalnya ada penduduk yang ingin menambah pendapatannya dengan berjualan pecal atau kue, atau membuka usaha jahit dan sebagainya. Dapat dipastikan dagangannya ini akan kurang laku, dan keuntungan yang diperoleh juga sangatlah tipis, karena daya beli masyarakat sangatlah rendah. Karena daya beli yang lemah ini, maka barang-barang yang diperdagangkan harganya juga harus murah, kalau tidak barangnya tidak akan laku. Bahannya kualitas renda, demikian juga teknologi juga rendah supaya bisa dijual murah.

Untuk bisa keluar dari lingkaran kemiskinan ini, penduduk desa harus bisa memproduksi barang yang bisa dijual di kota dengan daya beli yang lebih tinggi. Atau penduduk desa yang msaih kuat, harus keluar dan mencari pekerjaan di kota, dan biasanya mereka masih dapat menyisihkan sejumlah uang yang masih lebih besar jika dibandingkan mereka tetap tinggal di desa. Sering kali, karena orangtuanya miskin, anak-anaknya umumnya miskin juga, hanya beberapa yang bisa keluar dari kemiskinan, akhirnya sering kali kemiskinan melahirkan kemiskinan.


Orang miskin juga punya cara sendiri untuk keluar dari kemiskinan, selain menghemat sebisanya, seringkali istri dan anak-anaknya yang masih kecil pun sudah ikut mencari penghasilan. Mereka dikirim ke jalanan, melacur, dan sang ayah berjudi, meskipun judi bukanlah jalan keluar dan malah menambah kesengsaraan. Judi adalah secercah harapan dan mimpi, tidak heran kalau judi sangat populer di kalangan orang miskin, seperti menonton film India. Kebiasaan lainnya adalah kebiasaan hutang kanan kiri dan ke warung alias gali lubang tutup lubang, malah seringkali tidak dilunasi.